SANG BUMI RUWA JURAI (LAMPUNG)

Untuk masyarakat Lampung, judul artikel ini pasti sudah tidak asing lagi di dalam benak dan telinga kita, sering kita dengar dan kita jumpai kata-kata tersebut, namun mungkin untuk masyarakat di luar Lampung masih bingung dan penasaran dengan judul dari artikel ini, masih sangat asing di dalam benak pembaca. Judul tersebut saya ambil dari slogan tempat kelahiran saya yaitu daerah Lampung. “Sang Bumi Rua Jurai” yang memiliki arti yaitu satu daerah dua golongan yang memiliki maksud “satu daerah/sang bumi” yaitu daerah Lampung, dan “dua golongan/rua Jurai” yaitu memiliki dua kebudayaan, keturunan serta adat istiadatnya yang berbeda. Kebudayaan tersebut dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :

1.      Ulun Pepadun yang berdialek Nyo (apa), dan

2.      Ulun Peminggir/pesisir yang berdialek Api (apa)

Prihatin dengan lunturnya kebudayaan ini, maka sedikit akan saya bahas di dalam artikel ini, supaya masyarakat Lampung khususnya, dapat melestarikan kebudayaannya dan tidak lupa dengan asal usul adat serta istiadatnya sendiri.

Yang kita ketahui, daerah Lampung memiliki tempat yang strategis, sehingga banyak masyarakat perantau yang datang untuk mengadu nasib di daerah ini, sehingga tidak heran banyak kebudayaan – kebudayaan baru yang datang dan menetap di Lampung, alhasil Lampung saat ini di dominasi oleh penduduk pendatang dan penduduk asli yang semakin sedikit keberadaannya.

Hal tersebut merupakan salah satu penyebab terkikisnya kebudayaan lampung itu sendiri. Selain itu pula, karena generasi penerus yang kurang membudayakan dirinya untuk menggunakan budaya Lampung dan condong dengan budaya – budaya lain yang datang dari berbagai penjuru, seperti dari berbagai macam media dan banyaknya pendatang yang datang ke daerah Lampung, serta pemuda dan pemudi yang terkesan cuek dan malu apabila memakai kebudayaannya sendiri.

Miris dengan nasib kebudayaan ini, selain pemuda dan  pemudi yang kurang perduli terhadap kebudayaannya, pemerintah pun kurang bisa mengekspose kebudayaan ini ke penjuru daerah di Indonesia maupun mancanegara dengan baik. Padahal budaya Lampung memiliki suatu keunikan dan ciri khas yang berbeda dengan kebudayaan lainnya yang ada di Indonesia. Seperti contoh, walaupun memiliki satu daerah, namun memiliki dua budaya asli Lampung yang berbeda adat istiadatnya, serta memiliki dialek bahasa yang berbeda pula. Namun dengan kebudayaan yang berbeda tersebut, masyarakat pribumi Lampung memiliki solidaritas yang tinggi terhadap antar kebudayaan yang berbeda, sehingga banyak pendatang yang betah untuk menetap di Lampung.

Namun sangat disayangkan kebudayaan ini kalah dengan kebudayaan lain yang datang. Yang mayoritas Lampung saat ini di dominasi oleh kebudayaan lain dari luar daerah, seperti kebudayaan jawa, bali, sunda, padang, Kalimantan, dan masih banyak lagi kebudayaan – kebudayaan lainnya. Lebih disayangkan lagi pemuda pemudi asli Lampung yang sama sekali tidak fasih dalam berbahasa Lampung dan lebih fasih memakai bahasa dari kebudayaan lain. Apabila terus seperti ini, diperkirakan sepuluh sampai lima belas tahun mendatang, budaya Lampung akan benar-benar sirna di daerahnya sendiri.

Saya berani menyatakan hal tersebut, karena yang saya lihat benar-benar nyata seperti itu. Serta saat ini pula untuk pemerintah, khususnya pemerintah daerah Lampung yang kurang perduli terhadap kebudayaannya. Seharusnya ada sedikit anggaran dari daerah untuk membuat suatu even yang dapat mengekspose keindahan budaya dan keindahan alam Lampung yang dapat dilihat banyak orang, baik dari masyarakat lokal maupun mancanegara.

Apabila pemerintah daerah perduli terhadap kelestarian budaya Lampung, maka seharusnya pemerintah lebih mengedepankan budayanya sendiri, karena budaya ini adalah aset dan harta yang sangat berharga bagi daerah maupun masyarakat Lampung sendiri. Apabila bisa dikelola dan dikembangkan dengan baik, tidak heran daerah dan kebudayaannya akan selalu terjaga. Banyak cara untuk pemerintah melestarikan “harta terbesarnya” yaitu dengan mengadakan berbagai macam lomba, seperti lomba tarian daerah Lampung, nyanyian daerah Lampung, bahkan memperlombakan makanan-makanan khas Lampung. Selain itu pemerintah dapat memperkenalkan tempat-tempat wisata alam yang indah, yang banyak dimiliki oleh daerah Lampung, dan disisipkan sedikit di tempat-tempat wisata tersebut dengan kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki Lampung, seperti tarian –tarian Lampung dan makanan khas, karena dengan begitu lebih efektif untuk menarik perhatian para wisatawan berkunjung menikmati alam yang indah serta mengenal dan mempelajari sedikit demi sedikit kebudayaan daerah Lampung.

Untuk melakukan rencana-rencana tersebut, seharusnya pemerintah terlebih dahulu mengelola tempat-tempat wisata yang menjadi andalan, sehingga lebih mudah untuk wisatawan berkunjung ke tepat-tempat tersebut, selain mengelola tempat, penting pula bagi pemerintah untuk menata infrastruktur daerah, seperti jalan di daerah yang banyak rusak, sehingga batalnya wisatawan yang akan berkunjung karena infrastrukutur yang kurang baik.

Sangat merugi apabila pemerintah tidak mengelola aset-aset tersebut dengan maksimal. Selain itu juga penting bagi dinas pendidikan daerah untuk membuat suatu rancangan baru masalah pendidikan, untuk memasukan kebudayaan Lampung menjadi suatu mata pelajaran atau mata kuliah yang ada di seluruh sekolah maupun universitas yang ada di Lampung, supaya para pemuda pemudi tetap perduli dan terus melestarikan kebudayaan daerahnya, melestarikan dan mengembangkan aset berharganya, dan mencintai kebudayaan daerahnya, alhasil akan lestari kebudayaan kita ini, alhasil akan sejahtera pula masyarakatnya dari kebudayaan yang sangat unik ini.

Siger Lampung

Selain memiliki slogan Sang Bumi Rua Jurai, Lampung juga memiliki Siger Lampung, siger Lampung yang selalu di kaitkan dengan slogan Sang Bumi Rua Jurai, yang terletak di atas bukit penyeberangan Bakauheni Lampung selatan, ini merupakan salah satu simbol kekayaan dari kebudayaan Lampung, karena siger ini memiliki banyak  arti penting dari kebudayaan Lampung. Bangunan ini menjadi salah satu objek wisata Indah yang ada di Lampung.